Di Lebanon, pager genggam atau penyeranta yang digunakan oleh anggota kelompok bersenjata Hezbollah untuk berkomunikasi meledak dan membunuh sembilan orang, termasuk seorang anak.
Di antara 2.800 orang yang terluka oleh ledakan serentak di Beirut dan beberapa wilayah lainnya, duta besar Iran untuk Lebanon termasuk.
Menurut Hezbollah, yang didukung oleh Iran, penyeranta itu dimiliki oleh “pegawai berbagai unit dan lembaga Hezbollah.” Organisasi itu menyatakan bahwa delapan petempur tewas.
Kelompok itu menuduh Israel bertanggung jawab atas apa yang mereka sebut sebagai “agresi kriminal”. Segera setelah itu, Hezbollah bersumpah akan melakukan “balasan yang adil”. Sejauh ini, militer Israel tidak memberikan pernyataan.
Beberapa jam sebelum ledakan, kabinet keamanan Israel menyatakan bahwa tujuan resmi perang adalah untuk menghentikan serangan Hezbollah di wilayah utara Israel sehingga pengungsi dapat kembali dengan aman.
Pada 7 Oktober 2023, baku serang antara Israel dan Hamas di Gaza dimulai, dan baku tembak terjadi hampir setiap hari di perbatasan Israel-Lebanon.
Hezbollah menyatakan bahwa mereka bertindak untuk mendukung kelompok Palestina yang mendapatkan dukungan dari Iran.
Ledakan Pager Terjadi Secara Beruntut
Serangkaian ledakan dimulai pada hari Senin, 17 September, sekitar pukul 15:45 waktu setempat atau 18.45 WIB, di Beirut, ibu kota Lebanon.
Ledakan kecil, seperti bunyi kembang api dan tembakan, diikuti oleh asap keluar dari saku sejumlah orang, menurut para saksi.
Dalam rekaman CCTV, ledakan terlihat di saku celana seorang pria saat dia berdiri di kasir toko.
Kantor berita Reuters melaporkan bahwa letusan berlangsung selama sekitar satu jam setelah ledakan pertama.
Banyak orang berdatangan ke rumah sakit di seluruh Lebanon setelah itu. Para saksi mengatakan bahwa banyak orang bingung selama peristiwa itu.
Bagaimana Pager Bisa Meledak?
Mengingat bahwa Hezbollah membanggakan langkah-langkah keamanannya, banyak analis dengan cepat menyatakan keterkejutan mereka atas luasnya serangan pada Selasa (17/09).
Beberapa orang menduga bahwa peretasan dapat menyebabkan baterai penyeranta meledak karena terlalu panas. Tidak ada sebelumnya.
Namun, banyak ahli berpendapat bahwa ledakan yang terekam dalam video CCTV tidak terlihat seperti yang terjadi karena panas baterai yang berlebihan.
Menurut beberapa analis, intervensi pada rantai pasokan yang merusak pager selama proses produksi atau pengiriman lebih mungkin terjadi.
Di dunia keamanan siber, intervensi pada rantai pasokan menjadi perhatian utama karena baru-baru ini banyak insiden signifikan terjadi karena tindakan peretas yang dapat mengakses produk saat sedang dalam pengembangan.
Serangan ini, bagaimanapun, biasanya terbatas pada perangkat lunak. Karena akses harus dilakukan secara langsung ke perangkat, intervensi pada rantai pasokan perangkat keras jauh lebih jarang terjadi.
Operasi besar dan rahasia harus dilakukan untuk merusak pager jika ini benar-benar gangguan pada rantai pasokan.
BBC diberitahu oleh seorang mantan spesialis amunisi Angkatan Darat Inggris yang ingin tetap anonim bahwa perangkat tersebut dapat mengandung 10 hingga 20 gram bahan peledak berkekuatan tinggi kelas militer yang disembunyikan di dalam komponen elektronik palsu.
Menurut pakar, sinyal yang disebut “pesan teks”, yang terdiri dari kombinasi kode alfabet dan nomor alias alfanumerik, dapat mengaktifkan perangkat tersebut.
Siapa Pelaku Peledakan Pager?
Meskipun perdana menteri Lebanon dan Hezbollah menyalahkan Israel, belum ada yang mengaku bersalah sejauh ini.
Pada Selasa (17/09) malam, Hezbollah mengeluarkan pernyataan yang menyatakan bahwa mereka menganggap musuh Israel sepenuhnya bertanggung jawab atas agresi kriminal ini.
Selain itu, dia menyatakan, “Musuh biadab dan kriminal ini pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal atas agresi penuh dosa ini.”
Selain itu, Najib Mikati, perdana menteri Lebanon, menyalahkan Israel atas ledakan tersebut, menggambarkannya sebagai “pelanggaran serius terhadap kedaulatan Lebanon serta kejahatan menurut semua standar.”
Abbas Araghchi, menteri luar negeri Iran, mengatakan kepada menlu Lebanon bahwa dia “mengutuk keras terorisme Israel”.
Meskipun pejabat Israel belum memberikan komentar tentang tuduhan tersebut, sebagian besar analis setuju bahwa Israel tampaknya bertanggung jawab atas serangan tersebut.
“Kami tahu bahwa Israel memiliki preseden penggunaan teknologi untuk melacak targetnya,” kata Prof Simon Mabon dari Universitas Lancaster untuk Hubungan Internasional kepada BBC. Namun, dia menyebut skala serangan ini “belum pernah terjadi sebelumnya.”
Menurut Lina Khatib dari Chatham House Research Institute, serangan itu menunjukkan bahwa Israel telah memasuki “jaringan komunikasi” Hezbollah “secara mendalam”.